Pagi
itu, langit terlihat begitu cerah. Cahaya matahari menembus jendela kamarku. Ku
buka jendela kamarku. Udara begitu sejuk. Burung-burung mengepakan sayapnya,
terbang ke langit biru dengan bebas. Tiba-tiba suara handphone mengagetkan ku.
Terdapat sebuah pesan dari salah seorang temanku, Apriani.
“Pengumuman,, dimohon untuk seluruh siswa kelas 9 meluangkan
waktunya utk berkumpul disekolah. Karena akan ada arahan dari Bapak Ketua
Yayasan. Terima kasih . . .”
Huh . .
. tadinya hari libur ini, aku akan
menghabiskan waktu ku dirumah. Ku harus mengorbankan waktu liburku
kembali. Hampir setiap minggu aku sibuk dengan berbagai macam latihan dan
acara. Aku bingung harus bilang apa sama mamah. - mingu kemarin aku dikatain
Mrs.sibuk, sampe gak ada waktu luang buat keluarga -. Sekarang kira-kira aku
dapet omongan apa lagi ? akhirnya, ku memberanikan diri tuk meminta izin.
“mah, Rahma ijin mau ke sekolah. Tadi Rahma dapet SMS dari
Apri, katanya sekarang kumpul di sekolah. Mau ada arahan dari Ketua Yayasan.”
Ucap ku, dengan muka ku tekuk.
“emang wajib hadir?” tanya mamah
“katanya sih wajib, mah. Kalo boleh nanti Apri sama Mojang
mau kesini, jemput Rahma.” Jawab ku
“iya, mamah ijinin. Tapi pulangnya jangan terlalu malem yah,
sayang. Trus Hpnya jangan di matiin.” Jawab mamah.
“siap komandan . . .” dengan muka penuh semangat, ku
bergegas bersiap. Karena sebentar lagi 2 orang sahabatku itu kan datang.
Sambil
menunggu mereka datang, aku berbincang dengan mamah membahas soal nanti ku
melanjutkan sekolah SMA. Aku jadi gak semangat kalo ngebahas ini. Soalnya,
mamah mau aku nerusin sekolah di pesantren. Tapi, aku masih ragu. Aku gak tau,
apa aku siap buat ninggalin keluarga ? apa aku siap buat ninggalin temen dan
sekolah ku yang dulu ? apa aku siap ninggalin semuanya ? Huh . . . Tiba-tiba
ada suara ketukan pintu.
“ Tok . . . tok . . . tok . . . “
“assalamualaikum,, “ serunya.
“waalaikumsalam,, “
aku beranjak dari tempat duduk ku dan membukakan pintu ruk mengetahui
siapa yang datang. Ternyata 2 orang sahabat itu yang datang. “kemana aja, lama
banget . . . ?”
“hehehe . . . maaf, Ma. Tadi gw nungguin dia tuh, Mojang
Bandung. Lama banget dandannya. Kaya yang mau kemana aja” seru Apri denga muka
kusut.
Temen ku yang satu ini gak bisa
nunggu lama, cepet keselan. Apa lagi nungguin orang lagi dandan. Emang, Mojang
tuh kalo mau pergi walaupun itu ke pasar atau hanya disuruh beli sembako harus
tampil sempurna. Selalu kebingungan milih kostum, gaya kerudung, sepatu, sampe
tas yang maching sama gayanya. Aku sama Apri cuman bisa geleng-geleng kepala
karena tingkah Mojang.
“ ich . . . tadi kan pemberitahuannya mendadak. Jadi gw
belum nyiapin baju,, sepatu, kerudung, sama tas. Kalo dari kemarin, pasti gak
bakalan selama tadi J”
“ iya, udah. Gak apa-apa ko . . . masuk sana.” ucap ku dengan manahan ketawa karena tingkah
sahabatnya.
“assalamualaikum, mamah” dengan serentak mereka mengusapkan
salam. Kita biasanya memanggil orang tua sahabat kita dengan panggilan yang
biasa sahabat kita ucapkan.
“ waalaikumsalam. Kemana aja. Lama banget . . . ?” tanya
mamah dengan muka tersenyum karena melihat sahabat anaknya.
“iya, mah. Biasa, tadi nungguin Mojang dandan dulu. ” jawab
Apri
“apan sih. Bohong, mah . . .” seru Mojang dengan menyenggol
pundak Apri. Tanda dia malu di bilang kelamaan dandan.
“mah, Ama berangkat dulu yah.” Ucap ku sambil mencium tangan
mamah
“iya, hati-hati yah sayang. Pulangnya jangan terlalu malem”
“sip, mah. Assalamualaikum”
“waalaikumsalam . . .”
***
“ yang bener, Ma ? lo mau nerusin sekolah di pesantren ?”
Apri membentak ku
“ apa bener, Ma ? lo bohong kan ?” sambung Mojang dengan
wajah penuh harap kalau itu hanya bercanda.
“enggak, gw serius. Itu permintaan mamah. Gw gak bisa
nolak.” Jawab ku dengan nada agak tinggi, agar mereka percaya lakau aku serius.
Semua terdiam, hanya suara angin yang
terdengar saat itu. Mereka berharap kalau ini hanya mimpi. Dulu kita berjanji
kita bakalan jaga persahabatan ini dengan baik, gak ada yang boleh pisah atau
pergi, kita harus selalu bersama.
“hey . . . lagi pada ngapain. Ko mukanya kusut semua ? ayo
ke Aula, dah pada kumpul tuh. Sebentar lagi Pak Awan (ketua Yayasan) mau
masuk.” Suara Lona mamacahkan suasana yang hening.
“iya, duluan aja. Gw mau parkir motor dulu.” Jawab ku.
“oke,, tapi cepetan yah.”
Apri mengangkat jempolnya, tanda mengijinkan. Ku menjawabnya engan mengedipkan
sebelah mataku.
***
“Rahma, kemana aja lo, baru keliatan.” Nandi mengagetkan ku
dengan suaranya yang nge-bas.
“astagfirullah, untung jantung gw kaga copot.” Ujar ku,,
sambil mengusap dada.
“sorry, abis lo dah lama ngilang sih. Untung gw ga nyebarin
selembaran.”
“ ich,, amangnya aku orang ilang apa.”
“hhehehe” jawab Nandi denganmemperlihatkan giginya yang so
putih itu.
Nandi itu satu-satunya temen cowo yang bisa ngertiin aku.
Selalu ada disaat aku butuh dia, kapan pun dan dimana pun. Aku udah anggap dia
sebagai kekek ku sendiri. J
***
“Assalamualaikum ,,” seru Pak Awan (ketua yayasan) memulai
acara pada hari itu.
“waalaikumsalam,, ” jawab kami dengan serempak.
Ternyata
Pak Awan mengumpulkan kami tuk membicarakan tentang perpisahan yang jatuh pada
hari kamis. Aku benci membicarakan hal ini. Karena aku akan pergi jauh,
meninggalkan semuanya. Tinggal empat hari lagi aku bisa bersama-sama dengan
mereka. Sakit rasanya, aku hanya bisa menunduk dan menatap teman-teman seperjuanganku
yang sebentar lagi akan berpisah. Hanya tinggal menghitung hari,,
Setelah
acara itu selesai, aku diam duduk diteras aula sekolah. Angin yang berhembus,
terasa sejuk. Tiba-tiba tiga orang sahabat itu membuyarkan lamunan ku,,
“hei,, ngelamun terus. Ada apa nie? Cerita dong ma
kita-kita.” nandi mengagetkan ku lagi, setelah dia mengagetkan ku di parkiran.
“ ich, apaan sih lo. jbjb aja.” Seru Apri sambil memukul
pundak Nandi.
“biarin dong,, terserah gw. Sewot amat,, kalo ada Eri aja lo
so lembut. Padahal kan ganas. ” cetus Nandi. Nandi memang suka buat Apri kesel.
Katanya sih lucu,, J
“ yaiyalah,, kalo Eri tau gw ganas, bisa-bisa dia mutusin
gw.” Jawab Apri dengan muka so nyolotin.
“ sttsstt,, kocak lo berdua. Dasar bocah . . .” Mojang
mencoba menghentukan debat mereka berdua. Kalo berlanjut, bisa-bisa Nandi
dikeroyok sama Apri.
“biarinn,,, ntar gw bilangin Eri, kalo cewenya tuh ganas.”
Ejek Nandi, membuat darah Apri semakin naik.
“ NANDI,, awas aja lo ! ! ! ! ! “ seru Apri sambil mengejar
Nandi. Nandi pun segera berlari, karena takut kena serangan maut Apri.
Dan karena aku dan Mojang
sahabatnya Apri dan sekalian balas dendam karena Nandi sudah mengagetkan ku dua
kali. Apa salahnya kita membantu Apri menangkap Nandi. Kita berdua pun berhasil
menangkap Nandi dan memukulnya dengan dendam, tapi gak sekeras dendam
cowo. :D
***
Hari kamis pun tiba. Hari akhir
atas perjuangan ku selama tiga tahun. Berat rasanya aku menjalankan hari ini.
ini adalah hari terakhir aku melihat teman-temna, guru, dan sahabatku di
sekolah ini. begitu banyak kejadian yang aku alami bersama mereka, yang mungkin
ta akan pernah aku lupakan. Tapi, siap tidak siap, aku harus siap.
Detik-detik menjelang acara, aku
terdiam duduk di depan panggung. Ntah apa yang aku rasakan. Teman-teman menghampiriku
dengan penuh rasa kehilangan, begitupun aku. Mereka memelukku dengan erat,
terutama tiga orang sahabat itu. Memelukku dengan erat, sulit tuk dilepas.
Tak lama, acara dimulai. Aku
menaiki panggung dengan rasa ikhlas. Kepala sekolah pen melepas kami. Almamater
ku dilepas oleh kepala sekolah, mendali terpasang dileher ku, piagam telah ku
genggam. derai air mata dan suara tangisan bangga, bahagia, dan tangisan
kehilangan tercurah saat itu. Aku tak percaya,,, aku akan kehilangan semuanya
dan menemukan yang baru, yang aku pun tak tau akan seperti apa. Kami pun
berpelukkan, pelukkan yang penuh arti. Ntah kapan lagi aku mendapaatkan pelukan
ynag hangat seperti ini.
“rahma,, lo harus janji, lo jangan lupain gw, lo harus inget
gw selalu disana. Disini gw bakalan inget lo terus. Lo sahabat terbaik yang gw
punya. Walaupun sekolah kita berjauhan, kita masih bisa kumpul kalo lo lagi
libur. Disana lo harus berjuang, dan jaga diri lo baik-baik. Gw sayang lo . . .”
Mojang memelukku dan mengucapkan itu semua. Air mata pun tak tertahan lagi, aku
menangis dipelukannya.
“iya, insyaallah. Gw gak akan lupain lo, gw gak akan lupain
semuanya yang pernah kita jalani bersama. Gw janji,, gw juga sayang lo.” jawab
ku.
“RAHMA,,,”
Ada yang memanggil namaku dan itu suara Nandi.
“NANDI,, maafin gw, gw selalu ngerepotin lo. sekarang gw gak
bakalan ngerepotin lo lagi, maafin gw yah. Gw punya banyak salah sama lo”
seruku sambil menatap wajahnya.
“dasar bocah,, lo kan dah gw anggap adik gw sendiri. Lo
jangan ngerasa kalo lo ngerepotin gw, karena gw gak pernah ngerasa yang namanya
direpotin sama lo. walaupun lo pergi jauh, ninggalin gw. Lo tetep bakaln jadi
bocah kecil gw yang gw sayang. ” jawabnya. Saat itu aku tak sadar, pundak ku
basah, Nandi nangis... aku gak nyangka, sosok seorang Nandi bisa nangis seperti
ini.
***
Kini
semuanya telah usai. Aku harus melangkah ke depan. Menyambut masa depan yang
tak tau akan seperti apa. Dari kisah ini, akku bisa banyak belajar dan
mengambil kesimpulan.
“setiap peertemuan pasti ada perpisahan”
THE END